Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Pada 5 Juni 2025, Mahasiswa UKM Dhealing Universitas Cenderawasih menggelar kegiatan Nonton dan Diskusi bersama untuk membahas “Menjaga Lingkungan Hidup & Sahkan RUU Masyarakat Adat” di Aula Kabesma Universitas Cenderawasih, Perumnas III Waena, Kota Jayapura.
Diskusi ini merupakan kolaborasi UKM Dhealing Universitas Cenderawasih,
Volunteer Greenpeace Indonesia Base Jayapura dan Sahabat Kowaki.
Kegiatan ini berlangsung sejak pukul 15.30-19.15 Waktu Papua, dihadiri oleh Mahasiswa Universitas Cenderawasih peduli akan lingkungan. Diskusi ini menghadirkan sejumlah pembicara diantaranya; Aksa Hamadi sebagai Aktivis Perempuan Papua, Engle Werre Volunteer Greenpeace Indonesia Base Jayapura dan Apolus Akmuri sebagai Ketua UKM Dhealing Universitas Cenderawasih. Diskusi ini dimoderatori
oleh Paul Somugai Volunteer Greenpeace Indonesia Base Jayapura. Salah satu topik diskusi yang dibahas adalah SEGERA SAHKAN RUU MASYARAKAT ADAT.
Masyarakat adat Papua memiliki hak atas tanah mereka yang diwariskan turun-temurun, dimana tanah bagi masyarakat adat memiliki nilai budaya dan spiritual yang tinggi. Hak-hak tersebut sering kali dilanggar oleh perusahaan dan pemerintah yang mengklaim hak atas tanah tersebut untuk proyek pembangunan dan eksploitasi sumber daya alam. Sejak tahun 2009 RUU Masyarakat adat telah diusulkan, namun belum pernah di sahkan juga sampai detik ini.
Diskusi ini memberikan kami refleksi bahwa sering kali kita sebagai anak-anak muda Papua menjadi sangat malas tau dengan kondisi saat ini, yang semakin hari semakin buruk keadaannya, dimana sistem negara menghancurkan dan merampas hak-hak kita sebagai masyarakat adat.
Kepentingan-kepentingan perusahaan dan negara yang terus dilakukan tanpa melihat aspek lingkungan dan juga kemanusiaan. Diskusi ini sangat penting dam perlu untuk di lakukan dilingkungan asrama, kalangan mahasiswa dan juga siswa-siswi yang sudah paham. Kami merasakan anak-anak muda sekarang lebih percaya media sosial untuk mempelajari sesuatu, itu memang baik untuk pembelajaran , tetapi tidak bisa hanya melalui media sosial karena mereka bisa menjadi lebih percaya banyak sekali hoax yang disebarkan.
Kondisi di Papua sedang tidak baik-baik saja, tetapi banyak media yang bilang, Papua sedang baik-baik saja, sementara banyak sekali pertumpahan darah terjadi di Tanah Papua.
“Papua bukan ketinggalan, tetapi di tinggalkan, tetap lawan karena kita cinta tanah papua”. – ungkap Aksa Hamadi salah satu pembicara dalam diskusi ini.
Tujuan nobar dan diskusi ini untuk membangkitkan semangat mahasiswa-mahasiswi untuk melihat bagaimana mereka dapat berpihak terhadap isu lingkungan di Papua. Kami menyadari bahwa masalah rakyat di Tanah Papua bukan hanya urusan mereka sendiri, tetapi itu adalah panggilan bagi kami mahasiswa untuk berdiri bersama, bersuara lantang, dan mencari solusi. Mahasiswa harus terlibat langsung bersuara dalam masalah atau ketidakadilan yang terjadi di Papua seperti yang ditegaskan oleh Apolus Akmuri.
“Papua Bukan Tanah Kosong” ujar ketua UKM
Dhealing Uncen. Lewat diskusi ini kami mengharapkan sebagai mahasiswa Papua dan orang asli Papua, kita harus membela tanahnya sendiri. Dan melalui diskusi dan nobar, setiap komunitas yang ada di Papua dapat berpikir untuk mendorong isu-isu yang
terjadi di Papua ini.

