• Home  
  • Negara sebagai Pelaku Kekerasan terhadap Perempuan Papua
- HAM

Negara sebagai Pelaku Kekerasan terhadap Perempuan Papua

Di Papua, tubuh perempuan bukan hanya saksi penderitaan, tetapi juga medan tempur di mana kekuasaan negara mempertontonkan kekerasannya. Kategori HAM di Aneta menyoroti berbagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang dialami oleh perempuan Papua—baik dalam bentuk kekerasan fisik, seksual, intimidasi, penahanan sewenang-wenang, hingga penghilangan paksa. Ruang ini membongkar peran negara dan aparat keamanan sebagai pelaku […]

Di Papua, tubuh perempuan bukan hanya saksi penderitaan, tetapi juga medan tempur di mana kekuasaan negara mempertontonkan kekerasannya.

Kategori HAM di Aneta menyoroti berbagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang dialami oleh perempuan Papua—baik dalam bentuk kekerasan fisik, seksual, intimidasi, penahanan sewenang-wenang, hingga penghilangan paksa. Ruang ini membongkar peran negara dan aparat keamanan sebagai pelaku kekerasan yang sistematis dan terstruktur terhadap perempuan.

Kisah-kisah dalam ruang ini berasal dari para penyintas yang berani bersuara, organisasi pendamping hukum, dan laporan investigasi independen. Beberapa di antaranya mencakup kasus pelecehan seksual dalam operasi militer, kriminalisasi aktivis perempuan, dan ketidakadilan dalam proses hukum yang berpihak pada pelaku kekerasan.

Relevansi

Menghadirkan perspektif perempuan dalam diskusi HAM di Papua sangat penting untuk membongkar narasi negara yang selama ini menutupi kekerasan. Dengan mengakui perempuan sebagai korban langsung dari pelanggaran HAM, kita memperluas pemahaman bahwa hak asasi bukan hanya soal kebebasan politik, tetapi juga tentang keutuhan tubuh, martabat, dan suara yang layak didengar.

Tentang Aneta

Aneta lahir sebagai respons atas kekosongan itu. Kami adalah media alternatif yang hadir untuk mendokumentasikan, menyuarakan, dan memperjuangkan pengalaman serta pengetahuan perempuan Papua dan kelompok marjinal. 

Kontak: +62 …

Visi

“Aneta menjadi ruang berpikir, berlawan, dan bertutur bagi perempuan dan kelompok marjinal untuk masa depan yang adil, setara, dan tanpa diskriminasi.”

Aneta @2025