- Tentang

Mengapa Aneta Hadir?

Di tanah Papua, menjadi perempuan bukan sekadar soal identitas biologis atau sosial. Itu adalah posisi politis yang sarat risiko, tantangan, dan kekuatan. Perempuan Papua hidup dalam realitas yang dililit oleh banyak lapisan penindasan: dari penjajahan dan perampasan tanah, kekerasan militer, hingga penghapusan suara dalam gerakan yang mereka sendiri turut lahirkan. Dalam bayang-bayang kekuasaan negara dan […]

Di tanah Papua, menjadi perempuan bukan sekadar soal identitas biologis atau sosial. Itu adalah posisi politis yang sarat risiko, tantangan, dan kekuatan. Perempuan Papua hidup dalam realitas yang dililit oleh banyak lapisan penindasan: dari penjajahan dan perampasan tanah, kekerasan militer, hingga penghapusan suara dalam gerakan yang mereka sendiri turut lahirkan. Dalam bayang-bayang kekuasaan negara dan patriarki yang begitu mengakar, perempuan Papua kerap tidak hanya disakiti tubuhnya, tetapi juga disisihkan pemikirannya, dihapus kontribusinya, dan diremehkan keberaniannya.

“Perempuan Papua tidak diam karena lemah—diam karena terlalu sering dibungkam. Kini, kami bicara dengan seluruh keberanian yang kami miliki.”

Di sinilah Aneta lahir—bukan dari ketenangan, tetapi dari luka kolektif yang ingin disuarakan dan disembuhkan. Aneta adalah media alternatif yang lahir sebagai respons terhadap kekosongan yang nyata: ketiadaan ruang aman yang memungkinkan perempuan Papua membagikan kisahnya, menyampaikan pikirannya, dan memperjuangkan haknya secara setara dan bermartabat. Ia tidak dibangun di atas asumsi pasif tentang perempuan sebagai korban semata, melainkan sebagai pengakuan bahwa perempuan Papua berpikir, bertindak, dan punya sejarah panjang dalam perjuangan.

Kekerasan yang dialami perempuan di Papua tidak berhenti pada tubuh. Ia menjelma dalam bentuk diam yang dipaksakan, dalam representasi yang terdistorsi, dan dalam narasi yang selalu ditulis dari luar. Media arus utama, baik di tingkat lokal maupun nasional, kerap gagal menangkap kompleksitas dan keberanian perempuan Papua. Alih-alih memberi ruang, media justru sering kali menjadi alat kekuasaan untuk membingkai perempuan dalam posisi yang pasif, tertindas, atau sekadar pelengkap penderitaan kolektif. Dalam narasi besar perjuangan Papua, suara perempuan terlalu sering dikecilkan atau dihapuskan seluruhnya.

Aneta hadir untuk membalikkan kenyataan itu. Ia bukan sekadar wadah publikasi, melainkan ruang berpikir dan bertutur yang dibangun secara kolektif. Setiap cerita yang dimuat di Aneta, baik dalam bentuk tulisan, foto, video, maupun suara, bukan hanya berfungsi sebagai dokumentasi, melainkan sebagai bentuk perlawanan terhadap pelupaan yang disengaja. Dengan hadirnya Aneta, pengalaman personal perempuan Papua diakui sebagai bagian dari sejarah politik dan perjuangan kolektif yang sah.

Dalam lanskap digital yang tak selalu ramah, Aneta juga meretas jalan baru. Ruang daring bukanlah ruang yang netral. Ia bisa menjadi tempat kekerasan yang lain, di mana perempuan Papua kerap menjadi sasaran ujaran kebencian, stigmatisasi, hingga pengawasan negara. Karena itu, Aneta tidak hanya hadir sebagai ruang publik, tetapi juga sebagai ruang aman digital. Melalui infrastruktur yang dirancang dengan perlindungan dan privasi sebagai prinsip utama, Aneta memastikan bahwa setiap kontributor, narasumber, dan penyintas yang berbagi kisahnya tetap terlindungi. Perlindungan identitas dan data adalah bagian dari perjuangan kami untuk menciptakan media yang benar-benar berpihak.

Aneta juga meyakini bahwa perjuangan tidak akan hidup lama jika tidak diwariskan. Maka, mendokumentasikan pengetahuan dan pengalaman perempuan Papua adalah bentuk lain dari merawat ingatan kolektif. Dalam setiap cerita tentang kehilangan, pengungsian, ketidakadilan, hingga harapan, tersimpan pengetahuan yang tidak diajarkan di ruang kelas atau disebut dalam laporan pembangunan. Pengetahuan ini hidup di tubuh perempuan, dalam bahasa ibu yang dipelihara, dalam ingatan tentang gunung dan sungai yang diambil alih, serta dalam strategi bertahan yang mereka ciptakan setiap hari. Dokumentasi menjadi penting bukan hanya untuk arsip, tetapi untuk masa depan yang tak boleh melupakan asal-usulnya.

Dalam prosesnya, Aneta juga tidak berjalan sendirian. Ia dibangun dan dirawat oleh komunitas. Dalam diskusi, lokakarya, pelatihan menulis, dan kerja-kerja pengorganisasian, tumbuh kesadaran bersama bahwa perubahan tidak bisa diraih tanpa solidaritas. Kami percaya bahwa perjuangan perempuan Papua akan semakin kuat jika ia tidak diisolasi, tetapi dihubungkan—baik dengan perempuan di wilayah lain di Papua, di Indonesia, maupun di belahan dunia lain yang juga mengalami hal serupa. Solidaritas ini bukan belas kasihan, melainkan pengakuan atas perjuangan yang setara.

Website Aneta dikembangkan sebagai perluasan dari visi ini. Bukan sekadar etalase digital, tetapi sebagai ruang penguatan, penyambung jaringan, dan pangkalan data yang bisa diakses oleh siapa pun yang ingin belajar, memahami, dan terlibat. Di dalamnya, pengalaman perempuan Papua didistribusikan secara luas dalam berbagai bentuk—esai, laporan lapangan, arsip foto, dokumenter, hingga podcast. Setiap produk media diolah dengan prinsip kehati-hatian dan keberpihakan, memastikan bahwa suara yang diangkat adalah milik mereka, bukan distorsi dari luar.

Namun yang paling penting, kehadiran Aneta tidak akan pernah lepas dari misi membebaskan. Aneta tidak hanya ingin mencatat kekerasan, tetapi juga mengangkat bagaimana perempuan Papua bangkit, melawan, dan membayangkan dunia yang lebih adil. Visi Aneta adalah menciptakan ruang di mana perempuan dan kelompok marjinal bisa berpikir, bertutur, dan berlawan untuk masa depan yang setara dan tanpa diskriminasi.

Dengan keberanian yang tumbuh dari luka dan semangat yang lahir dari keterpinggiran, Aneta terus melangkah. Berdiri di tengah badai sebagai pengingat bahwa ada suara-suara yang terlalu lama dibungkam, ada kisah-kisah yang terlalu lama ditahan, dan ada kekuatan yang terlalu sering disangkal. Aneta hadir bukan untuk menjadi sekadar media. Ia adalah rumah. Ia adalah arsip. Ia adalah alat perjuangan.

Dan selama masih ada perempuan Papua yang ingin bersuara, Aneta akan tetap ada untuk mendengarkan dan meneruskannya.

Tentang Aneta

Aneta lahir sebagai respons atas kekosongan itu. Kami adalah media alternatif yang hadir untuk mendokumentasikan, menyuarakan, dan memperjuangkan pengalaman serta pengetahuan perempuan Papua dan kelompok marjinal. 

Kontak: +62 …

Visi

“Aneta menjadi ruang berpikir, berlawan, dan bertutur bagi perempuan dan kelompok marjinal untuk masa depan yang adil, setara, dan tanpa diskriminasi.”

Aneta @2025